Oleh: Donald Q. Tungkagi, M.A

Pernahkah kita bertanya mengapa Tuhan mengizinkan kita berbuat dosa? Dalam perenungan acapkali kita terkejut saat sadar Tuhan sendiri yang menciptakan setan. Bahkan ketika setan menolak mengikuti perintah Tuhan untuk menghormati Adam, toh Tuhan juga yang memberi izin setan sampai hari akhir untuk menggoda kita. Jika direnungi, setan sebenarnya membuktikan bahwa manusia tidak seperti malaikat yang tak memiliki kehendak bebas. Keberhasilan setan menggoda Adam dan Hawa menjadi bukti bahwa dalam diri manusia terhadap dua pilihan jalan, keburukan dan kebaikan. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS, asy-Syams: 8-10).

Kebebasan adalah sebuah anugerah Tuhan kepada manusia. Menjawab pertanyaan mengapa manusia dikaruniai kebebasan itu, membutuhkan permenungan dan kertas tak berbatas untuk menyingkapnya. Cukuplah dikatakan bahwa alasan tentang kebebasan ini tak lain adalah realisasi dari status manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi (Khalîfah fil ardhi). Kebebasan adalah esensial bagi kreatifitas dan evolusi spiritual kita. Kalau kita tidak diberi kebebasan, kita akan mengikuti jalan yang tak terhindari yang dibimbing oleh naluri kebinatangan. Kalau kita tidak mempunyai keragu-raguan, kita akan tetap berada dalam posisi kita sebagai hewan tak berakal, laksana semut, kerbau, kambing dan monyet.

Kehendak bebas dan kebebasan memilih yang disertai dengan kelemahan, kebingungan, dan perhatian sebagaimana adanya, akan menggugah kita untuk berkonsentrasi, berpikir, memutuskan dan bergerak. Dengan demikian kesemuanya itu adalah sarana dari evolusi dan kemajuan yang luar biasa yang dimiliki oleh manusia, jika dibandingkan dengan binatang. Akal, persepsi, kehendak, dan moralitas adalah akibat dari kehendak bebas dan kebebasan. Kebebasan adalah hadiah Tuhan kepada khalifah-Nya di muka bumi, manusia. Siapapun yang tidak menggunakan kebebasan, ia salah karena pengkhianatannya yang terbesar terhadap penciptaan. (***)

Merenungi Kebebasan Kita

You May Also Like